Belajar Bisnis dari Master Kopi Bangladesh, Gustaf H. Simandjuntak
Kopi menjadi minuman yang mendunia. Hampir semua bagian di bumi mengenal kopi dan aneka produk turunannya. Sebegitu populernya kopi, sehingga beberapa waktu belakangan banyak bermunculan kedai kopi. Bak jamur dimusim hujan, kedai kopi tersebut merebak mulai dari yang berbentuk warung pinggir jalan, warung kopi sederhana, hingga coffee shop modern. Kopi yang penyebarannya mulai dari kalangan bawah hingga atas, dari daerah pelosok hingga ke kota tersebut menjadi daya tarik warga Indonesia yang sudah menetap di Bangladesh.
Pak Gustaf, pria yang berasal dari Medan, sudah memulai usaha coffee shop sejak 3 tahun yang lalu. Beliau melihat terdapat peluang pasar minuman kopi di Bangladesh. Meskipun kebiasaan masyarakat Bangladesh adalah minum teh di setiap waktu, bukan kopi, justru inilah yang menjadi tantangan bagi Pak Gustaf sehingga beliau memutuskan untuk membuka coffee shop di sana. Berbekal relasi dan kecintaan terhadap kopi, beliau melakukan eksperimen hingga menemukan resep yang pas untuk secangkir kopi yang khas dan istimewa.
“Dalam melihat suatu produk, kita bisa mengamati dari dua sudut pandang, dari sudut pandang penjual dan pembeli. Bagaimana kita bisa menghadirkan produk dengan nilai atau value yang tinggi sehingga kita lebih leluasa dalam menentukan harga,” papar konsultan sejak tahun 1995 tersbut. “Sehingga kita tidak perlu melakukan perang harga dengan produk lainnya,” tambahnya. Tantangan ketika mendirikan coffee shop tersebut adalah memasukkan hal baru yaitu minum kopi di antara kebiasaan minum teh masyarakat Bangladesh. “Oleh karena itu kita perlu menghadirkan produk dengan value yang tinggi supaya bisa masuk ke pasar tersebut.”
Semangat yang berbisnis yang ditularkan ke mahasiswa D-IV Bisnis Jasa Makanan UAD. Dalam memulai bisnis, kita juga harus melihat dan menganalisis pasar yang akan menghasilkan tepat sasaran.